Semua orang mafhum bahwa meminta maaf jauh lebih mudah daripada memaafkan. Mungkin karena itu juga, banyak orang yang dengan mudah meminta maaf setelah ia melakukan kesalahan. Permintaan maaf seolah menjadi penawar atas semua racun kesalahan yang telah ditebarkan. Anehnya permintaan maaf acap kali diidentikkan banyak orang dengan sekedar mengucapkan beberapa kata saja. Akibatnya jelas permintaan maaf tidak lagi menjadi perbuatan sakral yang harus dilakukan dengan sepenuh hati dan dengan niat sungguh-sungguh.
Cukup berkata, "Aku Minta Maaf" maka semua persoalan seolah selesai. Yang terlambat jadi ditoleransi, Bahkan yang selingkuh bisa langsung saat itu juga dimaafkan. Tidak perduli ia sudah seringkali terlambat atau ia sudah lebih dari sekali selingkuh. Sangat beralasan memang kalau tiga kata di atas disebut "kata yang berbau magis" oleh seorang sahabatku.
[Maaf menyela perhatian pembaca sebentar: Sebenarnya fenomena ini saya rasa banyak terjadi pada sebagian besar kaum perempuan -maaf kalau saya bahkan menyebut semua perempuan- Saya heran kenapa wanita begitu mudah memberikan maaf? Mengapa wanita begitu sulit mengucapkan kata cinta namun begitu mudah memberikan rasa maaf? Kata seorang sahabatku, tidak ada kesalahan pria yang tidak bisa dimaafkan oleh wanita. Pria yang pernah melakukan kesalahan besar pada kekasihnya cukup mengucapkan, "Maafkan aku, Aku memang bersalah", maka penerimaan maaf pun pasti langsung meluncur dari mulut sang wanita dan hilanglah kesalahan pria.
Entah sudah berapa banyak pria yang menggunakan kata-kata ampuh tersebut untuk kembali dan kembali melukai wanita. Bagi wanita, asal mengaku bersalah dan berjanji tidak mengulangi kembali, semua permalahan akan selesai. Padahal bagi pria, untuk sekedar mengaku bersalah bukanlah persoalan yang terlalu hebat dan besar untuk dilakukan. Apalagi kalau si pria memang benar-benar bersalah. Jadi yang terpenting sekarang adalah bagaimana para wanita bisa dengan teliti bisa membedakan permohonan maaf yang tulus dan permohonan maaf yang hanya sekedar di mulut saja].
Baiklah kita kembali ke issue semula. Kelihatannya memang persoalan maaf ini sepele, namun tidak demikian sebenarnya bila ini dibawa ke ranah hubungan kita dengan kekasih kita yang sebenarnya, Allah SWT. Apa jadinya bila semua orang dengan sangat mudah membaca istighfar atas kesalahan yang telah ia perbuat. Sementara ia kembali dan kembali mengulangi kesalahan yang sama. Sebuah iklan TV menyindir kebiasaan ini dengan pernyataan, "karena maaf jadi gampang, jadi gampang bikin salah".
Tuhan memang Maha Pemaaf. Namun tidakkah sebagai kekasih, Tuhan akan lebih suka kalau kita setia kepada-Nya. "Janganlah kita menjadi playboy di hadapan Tuhan". Kata sahabat saya. Bisanya hanya terus-terusan meminta maaf, tapi tidak pernah belajar untuk setia. Ingatlah sahabatku, "Permintaan maaf hanya akan menjadi berarti kalau diiringi dengan komitmen kesetiaan", dan "Istighfar akan lebih bermakna di hadapan-Nya bila ada keimanan dan penyesalan yang mendalam menyertainya". Mudah-mudahan di hari yang fitri ini tidak banyak orang yang hanya membunyikan kalimat maaf, tanpa ungkapan tulus dari dalam hati, baik kepada sesamanya, maupun kepada Penciptanya.
My House, 1 Syawal 1429 H.


