Kamis, 21 Februari 2008

Heboh... Kartun Nabi Lagi

Orang Denmark nih emang ada-ada saja. Sudah tahu kalau kartun Nabi itu menyakiti kaum Muslim, eh malah berani-beraninya ditayangin lagi. Apa nunggu kesabaran orang Islam hilang? "Pemuatan kartun itu merupakan penghinaan terhadap Nabi Muhammad Saw", begitu kata kelompok HTI yang berdemo di depan kedutaan besar Denmark, sebagaimana dirilis Jawa Pos.
Bagi saya, dalam dunia global seperti saat ini, akses informasi sudah tidak lagi mengenal batas. Bisa jadi kartun tersebut tidak terlalu bermasalah di Denmark, karena memang populasi muslimnya sedikit. Namun bukankah etika internasional juga harus dijaga? Dunia internasional dapat dengan mudah mengkonsumsi segala hal yang disajikan di belahan dunia manapun. Itu artinya, yang harus diperhitungkan bukan sekedar perasaan masyarakat Denmark, melainkan juga bagaimana respon masyarakat Internasional.
Bukankah kartun tersebut telah dikecam dunia internasional, terutama dunia Islam? Lalu pertanyaannya, atas dasar apa kartun itu dirilis ulang? Apa tujuan yang hendak diperjuangkan atau didapatkan?
Kalau hanya untuk memproklamasikan kebebasan berekspresi dan kebebasan media, kan tidak harus yang berbau agama. Masih banyak jalan lain. Kecuali kalau memang sengaja berbuat demikian untuk menyerang kelompok Islam. Maka kita sebagai Muslim harus bersikap seperti Lebah, harus berani merespon dan menyerang bila disakiti. Wilayah agama menurut saya termasuk wilayah private, sama seperti keluarga. Jadi kalau mengusik ketentraman keluarga di luar keluarga kita, sudah pasti akan jadi masalah. Misalnya anda menggambar monyet terus anda tulis nama Bapak teman atau tetangga Anda di atas gambar tersebut, sudah pasti yang bersangkutan akan marah. Sudah untung kalau anda tidak sampai kena bogem mentahnya.
Apalagi dalam konteks agama. So, Jangan diasumsikan Islam tidak menghargai kebebasan berekspresi dan berkarya. Setiap struktur masyarakat memiliki nilai-nilai tertinggi yang harus dihormati. Misalnya UUD di Indonesia. Begitu juga dengan nilai agama. Nabi Muhammad adalah simbol tertinggi nilai-nilai tuhan yang dapat digambarkan (begitu kata tasawwuf) dan dibahasakan serta dicontoh. Jadi ya jangan coba-coba menyalahgunakan! Alasan larangan menjelekkan foto Presiden, ya juga karena itu. Presiden adalah Lambang Negara. Penghinaan terhadap Presiden berarti penghinaan terhadap Negara.
Saya yakin konsep seperti ini juga digunakan oleh negara paling sekuler sekalipun! Jadi tidak ada celah sedikit pun menurut saya untuk membolehkan pemuatan kartun penghinaan terhadap Nabi Muhammad Saw. Aku Mendukungmu HTI (dalam hal ini)!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar