Rabu, 02 September 2009

Mawar Dalam Doa

Kalau pun toh aku akan mendoakanmu, aku ingin mendoakanmu secara ikhlas. Aku tidak ada kepentingan dengan orang lain, tak peduli mereka tahu doaku atau tidak. Bahkan aku pun tidak perlu merasa harus menunjukkan padamu rangkaian doa yang kususun, komat kamit bacaan yang kulafalkan. Doa ini pure kuajukan kepada Tuhanku. Walau tiap kata dalam barisan doa ini tentangmu, tapi tetap ini urusanku dengan Tuhan. Karena bukan kemasyhuran doaku atau pengetahuan respekku terhadapmu yang menjadi alasan bagi Tuhan mengijabah doaku.

Biarkan makhluk ini mengira aku orang yang tak berprikemanusiaan, asal Tuhan mudah-mudahan masih mengakuiku sebagai hamba manusia-Nya. Itu lebih baik bagiku daripada orang meyakiniku manusia, namun Tuhan tidak menggubrisku lebih baik dari binatang. Maka atas nama kebinatangan manusiaku, aku merasa tidak pantas untuk “petentang petenteng” mengumbar doaku di hadapan manusia, tidak terkecuali di hadapanmu. Aku ingin doa yang sederhana, tapi tulus kusedekahkan atas nama kesetaraan hamba di hadapan Tuhan. Bukan aku lebih baik dari mereka atau darimu, tapi karena aku yakin aku juga butuh doa dari selainku.

Harus kuakui sedikit banyak kekerdilan dan kepengecutanku mungkin juga berpengaruh. Tapi biarlah itu menjadi kelemahan yang tidak perlu merugikan orang lain. Aku sendiri yang akan menanggung akibat atasnya, sebagaimana aku juga pasti akan belajar melepaskan diri dari kelelahanku menjadi pengecut. Sampai di sini saja, aku sudah membutuhkan doa-doa mereka dan mungkin juga doamu. Akan kulafalkan doa-doa ini dengan serius karena hanya itu yang bisa kuperbuat. Lagi-lagi harus kuakui banyak kekuranganku. Pundakku tidak begitu nyaman untuk menjadi tempat menyembuhkan kelelahanmu, pun demikian jari jemariku yang tidak selembut sutra untuk menyeka air matamu. Perkenankanlah maaf untukku.

Mugkin tidak mewakili kemauan mereka atau harapan-harapan muliamu saat ini. Tapi percayalah, huruf huruf ini kutulis dengan menyuarakan satu nama, tidak yang lain. Tapi sekali lagi, ini urusanku dengan-Nya. Dirimu atau mereka tidak perlu menghiraukannya, bahkan kalau perlu kularang menyimak dengan seksama doaku ini. Sudah cukup kenistaanku mengotori ketulusanku, tidak perlu ditambah dengan hancurnya reputasi niat baikku.

”Gusti, Dzat Agung Pemilik Segala, Hadiahkanlah Ridlo-Mu. Izinkan Hidayah-Mu mencium setiap helaan nafasnya. Kalau harus kaki mengejar Ridlo dan Hidayah itu, berilah kekuatan pada setiap sendinya.

Jiwa dan badan amanah dari-Mu, berilah kekuatan memastikannya tetap terjaga putih dan bersih meski dari lelembut kotoran rohani jasmani. Ilhamkan cinta dan kasih sayang padanya dalam hidup ini, biar semuanya bisa terlihat indah atas nama-Mu.

Berilah kesehatan pada mereka yang telah melahirkan dan mengajarkan ilmu padanya. Perkenankan kesempatan dan kekuatan untuk membuat mereka tersenyum bahagia dan bangga melihatnya, meski sedikitpun itu tidak membayar jasa-jasa mereka. Damaikan sepanjang hidup mereka.

Ya Rahman, Ya Latiif. Seseorang yang akan mengantarkan dan menemani dekat kepada-Mu, permudahkanlah wujud baginya. Tak ada yang tak mungkin atas kuasa-Mu. Kepada siapa ringkihan kenistaan dan ribuan panjatan harapan ini tergantungkan, kalau tidak kepada-Mu.

Allahumma inna nas’aluka husnal khotimah, wa na’udzubika min su’il khotimah. Amin Ya Tawwab, Ya Sattar, Ya Ghaffar, wa Ya Arhamar Rohimin”.


Dabag, 2 september 2009. 00:41.

1 komentar: